WongIndonesia-01.blogspot.com - Taken from kitab Al Firqotun Naajiyah JALAN GOLONGAN YANG SELAMAT karya
Syaikh Muhammad Ibn Jamil Zainu
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pi-kiran." (Shaad: 29)
dan meninggalkan larangan-larangannya. Karena itu mereka menjadi bahagia di
dunia maupun di akhirat. Ketika umat Islam meninggalkan ajaran-ajaran
Al-Qur'an, dan hanya menjadikannya bacaan untuk orang-orang mati, di mana
mereka membacakannya di kuburan dan ketika ta'ziyah , mereka ditimpa
kehinaan dan perpecahan. Apa yang diprihatinkan Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Salam dahulu, kembali menjadi kenyataan, sebagaimana dikisahkan
Al-Qur'an,
"Berkatalah Rasul, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an
ini
sesuatu yang tidak diacuhkan'." (AI-Furqan: 30)
Allah menurunkan Al-Qur'an untuk
orang-orang hidup agar mereka
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, Al-Qur'an bukan untuk orang-orang mati. Mereka telah putus segala
amalnya. Karena itu, pahala bacaan Al-Qur'an yang disampaikan (dihadiahkan)
kepada mereka berdasarkan dalil dari Al-Qur'an dan hadits shahih tidaklah
sampai kepada mereka, kecuali dari anaknya sendiri. Sebab anak adalah dari
usaha ayahnya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda,
"]ika manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga
perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang
mendo'akan kepadanya." (HR. Muslim)
Allah berfirman.
"Dan bahwasanya seorang tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya." (An-Najm: 39)
Ibnu Katsir dalam menyebutkan tafsir ayat
di atas mengatakan, "Sebagaimana
tidak dipikulkan atasnya dosa orang lain, demikian pula ia tidak mendapat
pahala kecuali dari usahanya sendiri. Dari ayat yang mulia ini, Imam Syafi'i
kemudian mengambil kesimpulan bahwa bacaan Al-Qur'an tidak sampai pahalanya,
jika dihadiahkan kepada orang-orang mati. Sebab pahala itu tidak dari amal
atau usaha mereka. Karena itulah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam
tidak mengajarkan hal tersebut kepada umatnya, juga tidak menganjurkan
atasnya, tidak pula menunjukkan kepadanya, baik dengan dalil nash atau
sekedar isyarat. Yang demikian itu menurut riwayat juga tidak pernah
dilakukan para sahabat.
Seandainya hal itu suatu amal kebaikan, tentu mereka akan mendahului kita
dalam mengamalkannya. Perkara mendekatkan diri kepada Allah (ibadah)
hanyalah sebatas petunjuk dalil-dalil nash, dan tidak berdasarkan berbagai
macam kias dan pendapat. Adapun do'a dan shadaqah, maka para ulama sepakat
bahwa keduanya bisa sampai kepada orang-orang mati, di samping karena memang
ada dalil yang menegakkan tentang hal tersebut."
1. Kini, membaca AI-Qur'an untuk orang-orang mati menjadi tradisi di
kalangan mayoritas umat Islam. Bahkan hingga membaca Al-Qur'an sebagai
pertanda bagi adanya musibah kematian.
Jika dan sebuah pemancar siaran terdengar bacaan Al-Qur'an secara beruntun,
hampir bisa dipastikan bahwa ada seorang penguasa atau pemimpin meninggal
dunia. Jika anda mendengarnya dari sebuah rumah, maka akan segera anda
ketahui bahwa di sana ada kematian dan dukacita.
Suatu ketika, seorang ibu mendengar salah seorang pembesuk anaknya yang
sedang sakit membaca Al-Qur'an. Serta-merta ibu itu berteriak, "Anak saya
belum meninggal. Jangan bacakan Al-Qur'an untuknya!"
Kisah lain, seorang wanita mendengar surat Al-Fatihah dibacakan dari sebuah
siaran radio, ia kemudian berucap, "Saya tidak suka mendengarnya. Bacaan
itu
mengingatkan saya kepada saudara kandungku yang telah meninggal. Ketika itu,
dibacakan juga untuknya surat Al-Fatihah." (Sebab pada dasarnya manusia
membenci kematian dan hal-hal yang mengingatkan pada kematian).
2. Bagaimana mungkin Al-Qur'an bisa memberi manfaat kepada mayit, yang
ketika masa hidupnya suka meninggalkan shalat? Bahkan AI-Qur'an sendiri
malah memberinya kabar gembira dengan kecelakaan dan siksa.
Allah berfirman,
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya." (Al-Maa'uun: 4-5)
Ayat diatas berbicara tentang orang-orang yang suka meremehkan shalat dengan
mengakhirkannya dan waktu yang sesungguhnya, apatah lagi jika ia
meninggalkan shalat tersebut ?
3. Adapun hadits,
"Bacalah untuk para mayitmu surat Yaasiin."
Menurut lbnu Qaththan, setelah melalui penelitian dengan cermat, hadits itu
mudhtharib (kacau), mauquf (tidak sampai isnad-nya kepada Nabi), majhul
(tidak diketahui).
Dan Daruquthni mengatakan, hadits itu mudhtharib isnad-nya (para perawinya
kacau, tidak jelas), majhul matan-nya (kandungan maknanya tidak diketahui)
dan tidak shahih (hadits dha'if, lemah).
Tidak ada keterangan dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam, juga
tidak dari para sahabat beliau bahwa mereka membacakan Al-Qur'an untuk
mayit, baik bacaan surat Yaasiin, AI-Fatihah atau surat lainnya dari
Al-Qur'an. Tetapi yang dianjurkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam
kepada para sahabatnya, seusai menguburkan mayit adalah,
"Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu, dan mintakanlah keteguhan (iman)
untuknya, karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya." (HR. Abu Daud
dan lainnya, hadits shahih)
4. Salah seorang da'i berkata, "Celakalah engkau wahai orang (yang
mengaku) muslim! Engkau meninggalkan Al-Qur'an di masa hidupmu dan tidak
mengamalkannya. Hingga ketika engkau mendekati kematian, mereka membacakan
untukmu surat Yaasiin, supaya kamu meninggal dengan mudah. Apakah Al-Qur'an
diturunkan supaya kamu hidup atau supaya kamu mati?"
5. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak mengajarkan kepada
para sahabatnya agar mereka membacakan surat Fatihah ketika masuk kuburan.
Tetapi yang beliau ajarkan adalah agar membaca,
"Semoga keselamatan tercurah untukmu wahai para penghuni kubur, dari
orang-orang beriman dan orang-orang muslim. Dan kami, jika Allah
menghendaki, akan menyusulmu. Aku memohon kepada Allah keselamatan untuk
kami dan untuk kamu sekalian." (HR. Muslim dan lainnya)
Hadits di atas mengajarkan, agar kita mendo'akan orang-orang mati, bukan
berdo'a dan meminta pertolongan kepada mereka.
6. Allah menurunkan Al-Qur'an, agar dibacakan atas orang-orang yang
mungkin mampu mengamalkannya. Dan tentu, mereka adalah orang-orang yang
masih hidup. Allah berfirman,
"Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup
(hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan adzab) terhadap orang-orang
kafir."
(Yaasin: 70)
Adapun orang-orang yang telah meninggal dunia, maka mereka tidak lagi bisa
mendengar bacaan Al-Qur'an, dan tak mungkin mampu mengamalkan isinya.
Ya Allah, karuniailah kami untuk bisa mengamalkan Al-Qur'anul Karim, sesuai
dengan jalan dan petunjuk Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam .
Jadi Emang Bener Itu
ReplyDeletebener sob, maka dari itu kita harus hidup sebaik mungkin dan mendidik anak-anak kita supaya soleh dan solehah..
ReplyDelete